Minggu, 05 Juli 2015

Senyum Itu

Sore itu, saya tengah membantu ibu berjualan di tengah kota. Kebetulan, posisi stand milik ibu dekat dengan area parkir. Diantara keramaian orang yang berlalu lalang, saya dan ibu tak bosannya menawarkan menu yang kami sediakan.

Lalu,

Ada sepasang muda-mudi (masih muda apa ya), lakinya tampak muda, perempuannya terlihat sedikit lebih,,, tua. Yang membuat saya lama tercenung adalah tentang lakinya. 

Setelah memarkir sepeda motor, si laki melepaskan helm. Postur tubuhnya cenderung kurus, sedikit lebih tinggi dari saya, wajahnya kecil, matanya indah, rambutnya hitam lurus, mengenakan celana dan kemeja kotak-kotak. Oke, stop! Berhenti di kemeja kotak-kotak. Pikiran saya langsung diburu oleh satu nama, yah. Dia.

Tentunya hanya orang yang sekilas mirip. Sebut saja, Cloud. (awan?) Hm.

Tak lama, 

Si laki, Cloud (dan perempuannya, ew) kembali ke arah sepeda motor mereka terparkir. Tepat melewati meja (meja ibu, maksudnya), sambil berbincang dengan perempuannya, dia mengulas senyum. Dari sisi sampingnya, saya bisa menangkap senyumnya (meski bukan untuk saya).

Dan,
Senyum itu...

Aaaaaaaak... dalam hati saya heboh sendiri. Sedikit desir halus menyelinap. 
Senyum itu penyempurna kesamaan kalian guys. Cloud dan ..., dia.
Senyum yang menarik sedikit bibir, membuat garis matanya mengerut indah, dan seakan cahaya terpancar dari wajahnya. (duileee :p)
Oh... adem liatnya.

Masih nggak bisa lepas, meski sudah beberapa hari yang lalu.

Senyum itu, pertanda aku rindu :)

*eaaa :D

Tentang Mimpi

Sudah keberapa kali, kita bersua dalam mimpi?

Lupa. Mungkin sering.

Singkat cerita, saat saya bertemu kamu di rumahmu, yang terkotak-kotak. Urutannya ceritanya kacau. Namanya juga mimpi. Intinya, I met you.

Lalu, semalam.
Latar yang panjang dan kusut. Tapi ada satu sebab yang saya ingat. Tentang kado cokelat. Konflik. Yang entah kenapa, juga merembet ke urusan pekerjaan. Selayaknya mimpi, tanpa tahu jelas bagaimana penyelesaiannya, diakhirnya tangan kita sudah saling menggenggam sambil menyusuri jalan. Bahagia dan penuh kelegaan. Kamu tidak jadi dipecat. Dan ikatan suci milikmu pun selamat. (tapi kok kita bisa gandengan tangan?) Nggak tahu. Satu yang juga masih lekat, kecupan ala kadarnya di pundakmu.

Sebangunnya dari tidur: bingung. Kok bisa ya. Eummm