Selasa, 24 November 2015

Where are you now, then I miss you

Setelah dibaca, tanpa dibalas, pesanku dihapus. Itu salah satu bentuk jawaban yang saya masih kurang ngerti. Ngertinya, yah dia menghindar.

Makin saya dibiarkan gini, makin berkeliaran ingatan-ingatan saya kala berbagi cerita dengannya. Cerita yang saya pun belum pernah bagi dengan Chris. Tentang bagaimana awalnya saya suka buku dan hobi membaca. Lalu bagaimana saya bisa menangis tatkala nonton film Spiderman, and it made you laugh. I can't forget it. Kita saling tebak-tebakan umur. Kamu menasehati saya tentang satu hal yang belum lama dari itu saya tengah mengalami masalah itu. Dan lain sebagainya.

Sebenarnya saya nggak (boleh) berharap apa-apa dengan itu semua. Hanya saja, sekian menit kita terhubung lewat telepon dan ratusan chat via pesan facebook membuat saya, emm, nyaman. Oke, mungkin ini salah. Salah karena bisa-bisanya saya merasa nyaman dengan teman lelaki yang terbilang baru saja kenal, sementara saya (dan dia) sudah ada 'orang dekat'.

Dan saya tahu, kedekatan saya dan aa ini memang tidak bisa dibiarkan dan diteruskan sampai lama. Yep, manusia terus bergerak pada jalannya masing-masing. Tetapi, tidakkah ini terlalu cepat untuk kenal sebagai teman? Tidakkah cara perpisahan ini terlalu tidak-saya-mengerti-kenapa-dan-bla-bla-nya? Tidakkah ini membuat satu pihak menjadi bingung lantaran tidak ada penjelasan dari satu pihak yang lain? Tidakkah ini membuat satu diantara kita menunggu, yaitu saya?

Setidaknya, beri saya penjelasan. Itu saja. Dan semuanya selesai.

Tapi saya tidak mendapatkannya.

Entah, mungkin perasaan ini berkembang menjadi suatu yang salah. Karena sekarang, aku rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar