“Phi, hari ini kamu kelihatan
murung”, Ara menyeruput es cokelat dari sedotan.
Di sudut kedai dekat kantor, Ephi
dan Ara sedang duduk berhadapan. Dua perempuan yang menjalin pertemanan sejak
SMA. Keduanya yang kini bernaung di satu atap kerja, tak mau menyebut hubungan
mereka sebagai sahabat. Terlalu mainstream, Ephi bilang. Terlalu banyak ‘gak
enakan’. Cukup teman.
“Hmm” gumaman yang tak jelas apa
maksudnya.
Jika Ara seorang sahabat, maka ia akan melanjutkan
dengan 'Ayoh cerita'. Tapi hanya tepukan lembut tangannya di bahu Ephi.
“Saya sudah buat orang lain susah
Ra” Ephi pun mengeluarkan batu yang bercokol di hatinya.
Ada hening yang lama setelah itu.
Ara memandang keluar lewat jendela di samping kanannya. Seakan mencari kalimat
peneduh yang tepat untuk teman di depannya.
“Kenapa perbuatan baik yang kamu
lakukan malah kamu anggap buat orang lain susah. Enggaklah Phi. Semuanya
baik-baik aja” Ara menatap lurus ke mata Ephi.
“Emm, andai yang ngomong gitu dia, mesti saya sudah
tenang sekarang” Ephi menunduk. Lesu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar