Maya menahan air mata yang sejak
tadi ingin keluar. Ia tengah berada di antara perbincangan dalam rumahnya
sendiri. Entah kenapa, pikirannya lalu melayang ke tempat lain, ah, ke orang
lain. Padahal baru saja ia mengucapkan ‘terserah’ penuh pasrah saat ditanya
oleh bundanya ‘Desember aja ya May?’.
Rencana pernikahannya dengan Tian
mundur. Semula Maya yang sebenarnya nggak ngebet-ngebet banget ingin menikah,
sudah berencana bersama ayah dan bundanya akan melangsungkan penyatuan hati itu
di bulan Oktober. Namun alasan printil
macam apalah yang akhirnya perhelatan mundur ke bulan penghujung tahun. Yah,
tak sepantasnya memang Maya menganggapnya alasan sepele. Terlebih kalau
berhadapan dengan wejangan orang tua, ditambah calon orang tuanya juga.
Sepulangnya tamu dari rumah, air
matanya tak kuasa tertahan. Maya mengunci pintu kamarnya dan menutup wajahnya
dengan bantal. Ia rindu Kian. Menghambur ke pelukannya dan menumpahkan semua
kecewa di hatinya. Kian, sahabatnya. Bukan Tian, calon suaminya. Kian tempat ia dulu sering bertanya ini-itu
dan berbagi cerita tentang rencana pernikahannya. Yeah, nama mereka mepet-mepet
dikit. Termasuk keduanya pun pernah mepet ke kehidupan cinta Maya. Dan yang
bertahan Tian, bukan Kian.
Tapi sudah satu bulan ini Maya tak
pernah menemui Kian di akun medsosnya. Kian masih menghilang, darinya. Maya
sedikit tidak terima dengan alasan menghindarnya Kian darinya. Ulang tahun.
Arrrghh... nyeri kembali menyerang hatinya. Maya pun hanya mampu mengungkapkan
gundah hatinya dengan menulis di status sendiri. Entah, ia masih berharap Kian membaca
dan memberinya kesempatan untuk berbagi cerita lagi.
“Kaa, oktober ke desember itu lama kan ya, sedih deh
:(”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar