Selasa, 05 Mei 2015

Bu Cita

Tiga jam duduk dalam mobil yang mengantar kami, menuju kantor. Akhirnya kami sampai, ada sedikit lelah sebenarnya. Namun teralihkan dengan pemandangan baru selama perjalanan. Juga rasa tak sabar menemui orang-orang yang akan bekerja sama dengan kami.

"Mas Diak, kita sudah sampai di kantor. Mari turun, saya antar menemui bu Cita" kata pak Sani ramah.
"Jadi ini kantor Several Pro nya pak?"
Pak sani mengangguk seraya mematikan mesin mobil.
"Waaah" Diak kagum memandangi bangunan yang menjulang tinggi di samping kirinya.
"Dijamin menyenangkan" tambah Milana lirih.
"Ayok, ayok, nggak sabar" ajakku bersemangat.

Begitu turun dari mobil, hangat mengalir di kaki ku. Rasa yang lain. Kok?

"Barang-barangnya ditinggal di mobil dulu aja mas, aman" instruksi dari pak Sani.
"Oke pak" kami menjawab serempak.

Kami berjalan mengekor di belakang pak Sani. Sedikit banyak orang, pegawai, yang berlalu lalang.
Untungnya kami cepat menyesuaikan diri, jadi nggak katrok-katrok banget masuk kantor ini. Juga memang, sebulan sebelumnya jalin kontrak kerja dengan perusahaan serupa, besarnya.

Kami melewati teras, memasuki lobby dan menuju lift. Begitu lift terbuka, kami masuk berempat. Pak Sani menekan tombol angka 5. Tak sampai 10 detik, pintu lift terbuka. Lantai 5.

Pak Sani berbelok ke kanan, hanya beberapa langkah, kami sampai di depan sebuah ruangan.
Diatasnya ada papan bertulis "Meeting Room"

ohh...

Pak Sani mengetuk pintu, dua ketukan, pintu dibuka oleh seorang perempuan cantik. Tingginya tak jauh beda denganku, rambut lurusnya diikat ekor kuda. Ia mengenakan blazer beige dan rok span warna senada. Stileto hitam manis sekali di kakinya.

Pak Sani pun undur diri, kami bertiga dipersilakan masuk.

dan, sebentar...

"Ninaaah?!" seru perempuan itu, heboh.
"Mbak Citaaah?!" aku pun kaget.

Diak dan Milana saling bertatapan bingung.

"Mbak Nin kenal?" tanya Diak.

"Diaaak, mbak Cita ini temen mbak waktu di kos dulu" jelasku pada Diak.
"Jadi ini beneran mbak Cita?" tanyaku masih tak percaya.

Mbak Cita pun memelukku, erat.

Sudah berapa lama kami nggak ketemu, kurang lebih dua tahun, gak lama-lama banget sih ya :D

Sekian detik kami masih berpelukan, aku sadar, sedang apa sebenarnya aku disini.
Aku merenggangkan tanganku, melepas pelukannya.

"Lama gak ketemu, kamu apa kabar Nin?"
"Alhamdulillah baik mbak, ini buktinya ada disini sekarang", kataku ceria padanya, "mbak Cita apa kabar?"

"Baiklah, eh ayok masuk, duduk. Jadi berdiri gini liatin kita drama" ajaknya pada Diak dan Milana.
"Haha...iyah mbak" Milana dan Diak mengambil tempat duduk tak jauh dari depan.

"Lanjut nanti yoh" bisik mbak Cita di dekatku. Aku mengacungkan jempol tanda setuju.

Di ruangan itu hanya ada mbak Cita. Kami dipersilakannya duduk di deretan melingkar bangku meeting. Dalam ruangan itu ada sekitar 16 kursi dengan meja di depannya. Dilengkapi pendingin ruangan, screen proyektor, dan stand board. Ada jendela kaca di seberang screen proyektor. Tertutup sebagiannya dengan roller curtain warna cream.

Mbak Cita memulai sesi "penyambutan" pagi itu, "Santai aja deh ya, udah kenal ini. Saya Cita, staf humas di kantor ini, Several Pro. Saya ucapakan selamat datang untuk ... bla bla bla" panjang kali lebar deh :D

"Nah sekarang saya mohon dari temen-temen yang cerita, leadernya maybe" tawar mbak Cita sambil melihat ke arahku.

Diak bangkit dari kursinya.

"Loh kirain Nina" potong mbak Cita.

"Bukan mbak, hehe" jawabku

Diak memulai, "Assalamualaikum. Kenalkan, saya Diak, bersama rekan saya Milana", memanjangkan tangannya ke arah Milana dan "Nina", ke arahku. "Kami bertiga bla bla bla ... " nggak kalah panjang kali lebar deh :D

***

Emang dasar mbak Cita, tidak banyak berubah. Setelah penyambutan kecil nan 'meriah' tadi, bukannya mengajak berkeliling kantor, malah menyerbu kantin dengan menyeret kami bertiga.

"Belum sarapan kan? Ayolah" ajaknya memohon

Yang hanya bisa kami jawab dengan anggukan berkali-kali.
Di meja kantin itulah kami bercerita, lebih panjang dari sesi perkenalan di meet room.

"Jadi dek, mbak Cita ini dulu temen kos, jaman kulia dulu. Mbak udah ceritakan kan, mbak dulu deket banget sama temen-temen kos"
"Iyah, ngapa-ngapain bareng deh" tambah mbak Cita.
"Oya, Yola apa kabar mbak? dimana dia sekarang?"
Yola adik kandung dari mbak Cita, yang biasa dia memanggilnya Yoyok, entah mulanya seperti apa :D Mereka berdua jadi teman kosku.
"Yola sekarang di rumah, sama mama papa, biasalah adekku gitu Nin, haha"
"Nah, mama papa gimana kabarnya? sehat semua mbak?"
"Alhamdulillah sehat"

Obrolan kami terpotong oleh waiter yang mengantarkan semua makanan pesanan kami.
Tanpa menunggu lama lagi, kami berempat menyantap makanan pertama kami.
Di tanah itu, di tanahmu juga, ternyata.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar