Selasa, 05 Mei 2015

Mawar Putih

Selasa, 07.44 di lorong kantor.

Aku berjalan bersisian dengan Milana, menuju ruangan kami. Tanpa Diak.
Diak nyangkut di kantin baseman, karena tak sempat sarapan.

"Mbak Nin"
"Hm?"
"Gimana perasaan mbak sekarang?"
Aku menghela nafas panjang, "nggak tau dek".
"Kenapa?"
"Yaa, mbak ngerti dan sadar. Tapi ..." aku menggantungkan kalimatku. Sulit untuk mengatakannya.
"Tapi kenapa mbak?"
"..."
"Susah yah pasti buat ngelupain gitu aja?" Milana menebak.
Aku menggigit bibir bawahku, lalu mengangguk.
Dari samping dia merangkulku, menguatkan.
"Makasih cantik" ku lempar senyum kepadanya.

Sampai di ruangan, masih sepi. Kamu belum datang.
Milana menuju mejanya. Ketika melewati mejaku, dia berseru.

"Mbak, ada bunga!"
"Eh, iya"
Ada satu tangkai bunga mawar putih, yang belum sepenuhnya mekar, di mejaku.
Aku raih bunga yang tampak masih segar itu.
Ada gulungan kertas kecil terikat di batangnya.
"Dari siapa mbak?" tanya Milana penasaran.
Aku buka gulungan kertas itu dan ku baca.
"Nggak ada namanya"
"Terus, tulisannya apa itu?"

Jangan sedih Nin. Im here.

Aku menunjukkannya pada Milana.
"Siapa yah?" kami berdua sama-sama menggumam.

Masak Miku? Nggak mungkin kayaknya. Setelah kejadian di acara gathering, ditambah seharian kemarin kami tak bertegur sapa sama sekali.

Aku cium mahkota bunganya, khas wangi mawar, segar. Sebentar, tulisannya bukan berupa tulisan tangan, tapi hasil print. Kemungkinan aku tau tulisan tangannya, makanya dialihkan pakai tulisan cetak.

Masak Miku seh?

Aku dekatkan hidungku pada bunga dengan warna kesukaanku itu. Dari mahkota, kelopak, sampai tangkai.

Sebentar, di tangkainya ini? Ada sedikit sepercik aroma lain. Mint!

Mi.ku.

Jangan sedih Nin. Im here.

Terus maksudnyaaah? Aw...aw...aw... Aku tersenyum.

"Kenapa mbak?"
"Nggak apa-apa" aku menggeleng pada Milana yang terlihat bingung.

Miku... Miku... :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar