Selasa, 05 Mei 2015

Game dan Perform

Ruangan, 15.21

Kami berempat dalam ruangan. Tak banyak yang kami lakukan, karena sebagian besar pekerjaan sudah rampung. Aku sedang asik membolak-balik majalah yang tadi dipinjami mbak Cita. Milana dan Diak sedang berbagi headset mendengarkan lagu dari iPod, dan Miku tengah menopang dagu di depan monitor PCnya.

"Boring ya" celetukku diantara suasana garing itu.
"Bangeeet" Miku menjawab.
"Iyo ii mbak. Lapo yo?" Diak melepas headsetnya dan menaruh kepalanya di meja.
"Minum soda gembira udah, makan bakso udah, nongkrong di kantin udah, ngapain yow enaknya" Milana pun mengikuti Diak.
"Ah, main yuk" seruku ada ide
"Main apa Nin?" kamu bersemangat
"Kata berkait. Gimana?" aku menoleh pada Diak dan Milana. Kami sering melakukannya di Langit Pagi.
"Setuju!" seru keduanya bersamaan.
"Gimana caranya?" tanyamu
Diakpun menjelaskan, "jadi gini bang, tiap orang sebutin satu kata secara bergantian, tapi dari satu kata ke kata berikutnya harus nyambung"
"Aku kasih contoh deh Mik" aku menimpali, "misal aku sebutin makan, terus Diak jawab mie, ...", belum selesai aku bicara, Milana melanjutkan, "goreng".
"Nah gitu Mik. Syaratnya gak boleh sebutin nama orang. Kata yang diucapkan bebas, kudu kreatif pokoknya"
"Ohhh...oke oke"
"Nah tapi nih bang, kalo ada yang gak bisa ngelanjutin, yang dihukum dua orang, yang gak bisa jawab, sama yang kasih kata sebelumnya. Jadi kita musti mikir juga, kata yang kita ucapkan bisa dilanjutin apa nggak. Gitu"
Miku mengangguk tanda mengerti.
"Urutannya Diak, aku, bang Miku, mbak Nina, terus balik lagi ke Diak" Milana menambahkan.
"Mulai yak, SAYA" Diak mengawali.
"MINUM"
"AIR"
"HUJAN"

Satu putaran, lancar. "Haha, minum air hujan Nin" kamu berseru yang disambut tawa yang lain.
"Kan nyambungnya air seh, yo kan terserah air apa aja" aku meleletkan lidah.
"Lanjut" Mimil mengingatkan
"Oke HUJAN yah, emm UANG"
"Wooow" kami bertiga berseru mendengar jawaban Diak.
"KERTAS"
"NASI" Miku sip nih.
"BUNGKUS"
"KARTON"
"COKELAT"
"Cokelat...emm...BATANG"
"POHON"
"MANGGA"
"DUA"
"GELAS"
"SUSU"
"SAPI"
"KURUS"
"KERING"

Tiba-tiba mbak Cita masuk dengan wajah cemas. Permainan pun jeda
"Kenapa mbak samean?" aku bertanya
"Ini lho Nin, temen-temen yang tampil ngisi acara di gathering Minggu batal dateng" mbak Cita sibuk mencari sesuatu di lemari dekat pintu.
"Ohh. Ini mbak CIta lagi nyari apa?"
"Aku dulu pernah nyimpen kartu nama, ada anak band lokal sini, buat ganti ngisi acaranya" masih sibuk mencari diantara tumpukan kertas.
"Nyanyi?!" Diak berseru.
"Iyah, kenapa Yak?" mbak Cita menoleh ke Diak.
"Ngapain nyari, kita bisa lah mbak" katanya sambil berdiri merentangkan tangannya ke arahku dan Milana.

Mampus loh...batinku

"Eh, serius??" mbak Cita menyambut dengan pijar kebahagiaan, tentunya.
"Iyah mbak. Kita bertiga udah biasa kok"
"Biasa" Milana mendesis pelan, menepuk tangannya ke kening.
"Nah ini jawabannya bu Cita. Kalo mereka bisa, kenapa gak mereka aja" kamu mendukung, sangat sepertinya.
"Bener banget Mik. Oke wes, kalo gitu kalian bertiga yah? Fix?"
"Fax fix fax fix! Diomongin dulu lah mbak, jelasin ke kita gimana-gimananya. Diak nih, ngasal" aku bersungut ke Diak.

Dasar anak ini, kalo udah urusan nyanyi, PDnya ngalahin artis sekalipun.

"Hehe... Iyah mbak Cit, gimana seh nantinya?" Diak sadar.
"Jadi nanti kalian cuma nyanyi aja, di sela acara. Biar gak bosen tuh tamunya" mbak Cita menjelaskan
"Sampe acara selesai mbak?" Milana menanyakan
"Yaah,  iya lah. Buat selingan soalnya. Gimana-gimana?"
"Itu sampe jam berapa mbak kira-kira? terus kita bawain berapa lagu?" Diak mulai menyusun mou ilegal ini.
"Di rundown sampe jam empat sore. Tapi seringnya molor, ya gak Mik?"
"Gak sering lagi, selalu molor deh bu"
"Hiyaaa... terus?" aku melanjutkan
"Duh diomongin nanti lagi deh ya. Aku masih musti hubungin undangan lainnya nih" mbak Cita bangkit dan pamit.
"Laaah..." keluhku Milana dan Diak bersamaan.
"Yang penting kalian bertiga fix. Oke" mbak Cita memastikan, yang cenderung terdengar mengiyakan sendiri, lalu pergi setengah berlari ke luar ruangan.
"Ahh yo wislah" kami bertiga menyerah.
"Yeay, akhirnya dapet kesempatan liat kalian tampil on stage" kata Miku tak kalah bahagia dari mbak Cita.
Aku hanya tersenyum. Dasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar