Selasa, 05 Mei 2015

Tiba

Mobil melaju dengan kecepatan sedang di kawasan yang lumayan ramai.
Melawati jalan panjang Soekarno Hatta. Masih jam delapan pagi, pikirku.
Akan tiba di tujuan kurang lebih tiga jam lagi.

"Dimana-mana ada ya mbak jalan Suhat ii" sela Milana. Gadis dua puluh satu tahun yang kini tengah duduk di sampingku.
Aku menoleh padanya. "Iya, dan selalu itu jadi jalan utama yah. Kaya di Malang, kurang terkenal apa coba Suhat"
"Iyah bener" Diak berkata tanda setuju.
Kami masih menikmati pemandangan 'baru' yang sedang kami lewati.
Ini pertama kalinya, kami, ke tempat ini. Benar-benar baru.

"Ayo tebak, nama jalan apalagi yang banyak dipakai dimana-mana?" bincangku santai, untuk mengurangi lelah perjalanan.
"Eum, oh ini, jalan pahlawan" Milana menjawab cepat.
"Gatot subroto" tambah Diak.
"Jalan merdeka" imbuhku kemudian.
"Kartini"
"Sudirman"
"Pattimura"
"Dokter sutomo"
"Ahmad Yani"
"Jalan bunga-bunga juga banyak mbak"
"Kebanyakan pakai nama pahlawan sih ya" simpulku kemudian, yang diikuti anggukan keduanya.

Kembali kami mengedarkan pandang ke tepian jalan. Lewati sungai-sungai yang cukup lebar.
Pepohonan kanan kiri jalan. Bangunan-bangunan rumah dan lalu lalang aktifitas warga di hari Senin.

"Nanti kita pertama nemuin siapa Di?" kucondongkan badanku ke jok depan, tempat Diak duduk.
"Ketemu Bu Cita, dia bagian humas kantor"

Cita?


"Kenapa mbak, kenal?" Milana menangkap mimik penasaran di wajahku.
"Haha, nggak tau. Mbak pernah satu kos sama yang punya nama itu juga, ndak tau, yang Diak maksud, dia apa bukan" yang kemudian disambut 'ohh' ria mereka berdua.

"Masih jauh nih Pak Sani?"
"Kurang lebih tiga jam lagi mas, 120 kilometer, silahkan kalau mau istirahat dulu" jawab Pak Sani sopan.
Pak Sani, supir yang ditugaskan menjemput kami bertiga di bandara. Bertubuh tinggi tegap, dengan kulit cokelat khas, khas paparan panas matahari :p
"Siap Pak" jawab Diak sambil menggeser tuas jok menjadi posisi yang nyaman untuk berbaring.

Dasar pikirku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar