Selasa, 05 Mei 2015

Ketuk Pintu

Kabar Berita

  • Aku suka cara bapak menyiapkan semua buatkeluarga sebelum ia berpulang. Video2 itu. Buat bekal anak2nya.
  • Lucu: Doanya pak ustad. Sama ejekan sodara2 Saka“Jomblo itu pilihan”, “bener banget kang, gak ada yang milih kakang” :D samatemen2 Saka yang pada nyomblangin Saka :D
  • Pemikiran Saka tentang nyari jodoh ‘setelah siaplah...
Lanjutkan Membaca

Kabar Berita

"Karaoke yoook" aku berujar pelan memohon pada Diak dan Milana
"Eh, suara belum bener gitu, sok-sok--an ngajak karaoke" sungut Diak
"Ayolah dek, mbak pengen banget"

...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

Ruangan, 15.21

Kami berempat dalam ruangan. Tak banyak yang kami lakukan, karena sebagian besar pekerjaan sudah rampung. Aku sedang asik membolak-balik majalah yang tadi dipinjami mbak Cita. Milana dan Diak sedang berbagi headset mendengarkan lagu dari iPod, dan Miku tengah menopang dagu di depan monitor PCnya.
...
Lanjutkan Membaca

Kabar Berita

...
"Satya anak sulung kita. Kita yang membuat dia jadi anak sulung. Dia tidak pernah kok meminta dirinya jadi anak sulung."
"..."
"Seoarang anak, tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Nanti yang sulung benci sama takdirnya dan si bungsu tidak belajar tanggung jawab dengan cara yang sama. Semua anak wajib menjadi baik dan pinta...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

Di bangku taman

Setelah lama, mendengar sesenggukanku sendiri, aku menghapus basah di bawah mataku.
Sepertinya tak ada lagi yang bisa keluar.
...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

Apartment, 17.00

“Hah, capek banget ya hari ini” aku mengehempaskan tubuhku di sofa depan tv. Kamu menyusulku setelah menaruh helm di paku belakang pintu. Seharian ini kami habiskan waktu di luar, dan sebelum pulang main ke Matos sebentar.
“Iyoh... Huffff...” kamu meluruskan kedua kakimu, menggapai remote tv dan menekan ...
Lanjutkan Membaca

Kabar Berita

From: Cakra G.
To: Ayu R.
Subject: Pamit
Ayu, saya pamit ya. Tugas dulu satu bulan. See you next month.
...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

Di kamar kos, 22.33

Aku duduk di depan laptopku yang menyala. Saat teman-teman di kos sudah terlelap, aku dipaksa membuka mata untuk net meeting di skype dengan panitia inti sebuah acara kampus. Hal yang membuatku sangat harus ada di net meeting ini adalah karena aku menjadi penanggung jawab sponsorship. Tugas utamanya mencari sponsor sebanyak-banya...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

Senin, 12.02 di ruangan.

Waktunya istirahat, seharusnya. Tapi semua sedang sibuk dengan sisa pekerjaannya di separuh hari. Begitu juga denganku, yang sedang menyiapkan presentasi akhir untuk Kamis besok. Yang aku tidak tahan, kamu betah mendiamkanku sampe tengah hari ini. Pfff...
...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

7.49, masih di ruangan.

Selepas mbak Cita pergi meninggalkan ruangan, suasana masih awkward. Dengan jelas keganjilan itu kami bertiga yang tunjukkan.

Ah... males.

"Aku ke toilet dulu bentar" Milana ngibrit ke luar. Dasar, batinku. Tinggal aku, Diak dan kamu.
"Dek, mbak liat foto-fotonya dong"...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

Senin kedua, 07.35.

Kami sudah sampai di kantor, waktu yang cukup pagi menuju waktu masuk seharusnya.
Meski tadi sebelum berangkat ke kantor, butuh waktu lama untuk membubuhkan concealer di bawah garis mataku.
...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

Tiga jam duduk dalam mobil yang mengantar kami, menuju kantor.
Akhirnya kami sampai, ada sedikit lelah sebenarnya. Namun teralihkan dengan pemandangan baru selama perjalanan.
Juga rasa tak sabar menemui orang-orang yang akan bekerja sama dengan kami.
...
Lanjutkan Membaca

Kabar Berita

Setelah peristiwa di kantin Jumat siang kemarin, aku memutuskan untuk tidak membahas soal itu lagi denganmu.
Meskipun aku tahu, apa yang sedang berat kamu pikirkan. Yah, tentang, dengan siapa nantinya kamu datang.

Di ruangan menginjak pukul 15.00, satu jam lagi waktu pulang.
...
Lihat Selengkapnya

Kabar Berita

07.14

Rabu pagi, di rumah kami menginap, bertiga.
Rumah yang mbak Cita sebutnya rumah dinas.
Di kalender, Rabu minggu pertama Januari ini, berwarna merah, libur nasional.
Membuat kami tak ada kewajiban datang ke kantor, tempat kami mengabdi selama beberapa hari ke depan.
Padahal masih menginjak hari kedua kami diterima.

Diak, lelaki 22 tahun bertubuh tegap dengan kulit cokelat sawo matang, leader dalam tim pekerjaan ini, sepuluh menit lalu pamit hendak lari pagi di sekitar rumnas. Hidupnya tak pernah lepas dari olah raga, demi menjaga kesehatan raganya. Meski dalam hal makan, dia tak pernah pikir panjang untuk menyantap habis satu porsi sate gulai Pak Yasir, depan panti. Gak percuma tah dek? seringku berpikir heran. Sekali aja mbak, katamu berkilah. Juli tahun lalu, resmi menyandang gelar ST di bidang teknik informatika. Prestasi dan hasil karyanya, top. Makanya, nggak heran dia bisa membawaku dan Milana bergabung di bawah naungan usahanya seperti saat ini, bergelut dalam job yang feenya bikin rusak dompet. Guraumu selalu. Kegemaran -yang juga keahliannya- adalah main gitar didukung anugerah suara yang bagus. Sering ditodong -kadang menawarkan diri- buat nyanyi di beberapa event. Percaya diri.

Sedang Milana, 1 Januari kemarin tepat berumur 21 tahun, masih muda, supel dan baik hati, tengah asik di kamarnya dengan handphone menempel di telinga, terhubung panggilan pada mas Haidar, pacarnya. Dalam hal pekerjaan, Milana partner yang sangat bisa diandalkan tapi terkadang suka lupa. Saat ini masih sibuk merampungkan tugas akhirnya di salah satu sekolah tinggi ekonomi. Bakat dalam seninya pun kuat. Mulai dari keyboard, organ sampai piano, dia kuasai. Dalam bernyanyi pun, sangat bisa diandalkan. Saat ini tengah berbahagia, lantaran Sabtu sehari sebelum kami berangkat, merayakan anniversarry nya bersama Haidar.

Aku, sedang duduk santai di sofa ruang tamu sambil nonton news di tv. Dengan mengenakan long tshirt abu-abu tebal, yang sedikit kebesaran, dan rok sepanjang 10 cm di bawah lutut. Secangkir teh hangat di tangan menambah hangat tubuhku. Untungnya di rumnas ini ada dapur kecil, bisa untuk kami sekedar masak air atau mie instan. Dan untung keduanya, kami tak perlu masak untuk siapkan makan, karena telah ada catering yang memastikan lambung-lambung kami senang.

Tiba-tiba,,,

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu. Ada tamu. Nggak mungkin Diak, pasti belum berkeringat. Catering? Sudah ku terima jam 6 pagi tadi.

Tok tok tok!

Ku pakai sandal kamarku, menaruh cangkir tehku, dan beranjak menuju pintu.

Ku buka pintu depan. Ceklek!

"Hai" sapamu.

Menerimamu di teras rumah pagi itu, membuatku agak sedikit kaget, dan agak banyak bahagia.

"Mikuuu" seruku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar