Selasa, 05 Mei 2015

Setinggi Langit

06.54 waktumu.

Setengah berlari aku di lorong gedung. Tak sabar untuk segera menemuimu.
Meski jadinya menimbulkan suara gemelatuk di lantai karna hentak sepatuku.

Ku rem kecepatan jalanku sesampainya di depan pintu ruangan, kita.
Aku bisa melihatmu dari luar sini, dari balik pintu kaca, sendirian.
Kamu mengenakan kemeja biru muda lengan panjang, yang lengannya kamu gulung sampai siku.
Celana bahan warna hitam terang.
Awesome.
Kedua tanganmu tengah sibuk bermain dengan keyboard PC.

Setelah membuka pintu dan mengucap salam, berjalan cepat aku ke arahmu.

"Wa'alaikumsalam" masih tak lepas perhatianmu dari monitor.

ihh, nyebelin

"Miku...Miku..." panggilku pelan sambil duduk di depan meja kerjanya. Padahal jelas tak ada orang selain kami di ruangan itu.
"Iyah sayang, kenapa?" jawabmu lembut, masih fokus pada layar.
"Iiiissshhh" desisku keras dan jelas kearahnya.
"Haha...iyah2, kenapa sayang?" akhirnya kamu geser kursimu, tepat menghadapku.
"Eh sebentar-sebentar" lanjutmu kemudian, sambil menatap ke arahku.
"Apa?" tanyaku cepat.
"Cantiknyaaa" pujimu seketika.
"Haha...makasih. Kamu cakep" balasku.
"Eh Miku...Miku...aku udah baca iniii" seruku bersemangat mengangkat komik yang kemarin dia pinjamkan.
"Oya...gimana, apik?" tanyamu antusias. Ekspresinya itu loo.
"Apiiiiiik banget, tau nggak, aku jadinya masih nyobain loo yang simple magic kemarin lusa itu"
"Terus-terus?"
"Berhasil, tapi emang kalo ndak fokus, failed"
"Mana lagi bagian yang Nina suka?"
Aku jadi teringat, sedih.
"Ada yang bikin aku netesin air mata" jawabku pelan.
Kamu langsung menggapai dua tanganku dalam genggaman.
"Setinggi langit" ungkap kita bersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar